Pengertian Daya Semu, Daya Nyata, dan Daya Reaktif
Faktor Daya
Daya semu, daya nyata, dan daya reaktif dianggap sebagian engineer
sebagai sesuatu yang sulit untuk dipahami. Terutama karena sulitnya
untuk mengimajinasikan daya-daya tersebut. Namun sebenarnya cukup mudah
untuk memahami apa itu daya semu, daya nyata, dan daya reaktif. Hanya
dibutuhkan sebuah pandangan yang lebih luas mengenai sistem jaringan
listrik AC.
Memahami daya semu, daya nyata, dan daya reaktif tidak mungkin dapat kita lakukan jika kita tidak terlebih dahulu memahami tiga macam beban listrik AC yaitu beban resistif, induktif, dan kapasitif.
Daya listrik didefinisikan sebagai kecepatan aliran energi listrik pada satu titik jaringan listrik tiap satu satuan waktu. Dengan satuan watt atau Joule per detik dalam SI, daya listrik menjadi besaran terukur adanya produksi energi listrik oleh pembangkit, maupun adanya penyerapan energi listrik oleh beban listrik.
Daya listrik menjadi pembeda antara beban dengan pembangkit listrik, dimana beban listrik bersifat menyerap daya sedangkan pembangkit listrik bersifat mengeluarkan daya. Berdasarkan kesepakatan universal, daya listrik yang mengalir dari rangkaian masuk ke komponen listrik bernilai positif. Sedangkan daya listrik yang masuk ke rangkaian listrik dan berasal dari komponen listrik, maka daya tersebut bernilai negatif.
Daya Nyata
Secara sederhana, daya nyata adalah daya yang dibutuhkan oleh beban resistif. Daya nyata menunjukkan adanya aliran energi listrik dari pembangkit listrik ke jaringan beban untuk dapat dikonversikan menjadi energi lain. Sebagai contoh, daya nyata yang digunakan untuk menyalakan kompor listrik. Energi listrik yang mengalir dari jaringan dan masuk ke kompor listrik, dikonversikan menjadi energi panas oleh elemen pemanas kompor tersebut.
Daya listrik pada arus listrik DC, dirumuskan sebagai perkalian arus listrik dengan tegangan.
P = I x V
Namun pada listrik AC perhitungan daya menjadi sedikit berbeda karena melibatkan faktor daya (cos ∅).
P = I x V x cos ∅
Untuk lebih jelasnya mari kita perhatikan grafik sinusoidal berikut.
Gelombang Arus, Tegangan, dan Daya Listrik ACMemahami daya semu, daya nyata, dan daya reaktif tidak mungkin dapat kita lakukan jika kita tidak terlebih dahulu memahami tiga macam beban listrik AC yaitu beban resistif, induktif, dan kapasitif.
Daya listrik didefinisikan sebagai kecepatan aliran energi listrik pada satu titik jaringan listrik tiap satu satuan waktu. Dengan satuan watt atau Joule per detik dalam SI, daya listrik menjadi besaran terukur adanya produksi energi listrik oleh pembangkit, maupun adanya penyerapan energi listrik oleh beban listrik.
Daya listrik menjadi pembeda antara beban dengan pembangkit listrik, dimana beban listrik bersifat menyerap daya sedangkan pembangkit listrik bersifat mengeluarkan daya. Berdasarkan kesepakatan universal, daya listrik yang mengalir dari rangkaian masuk ke komponen listrik bernilai positif. Sedangkan daya listrik yang masuk ke rangkaian listrik dan berasal dari komponen listrik, maka daya tersebut bernilai negatif.
Daya Nyata
Secara sederhana, daya nyata adalah daya yang dibutuhkan oleh beban resistif. Daya nyata menunjukkan adanya aliran energi listrik dari pembangkit listrik ke jaringan beban untuk dapat dikonversikan menjadi energi lain. Sebagai contoh, daya nyata yang digunakan untuk menyalakan kompor listrik. Energi listrik yang mengalir dari jaringan dan masuk ke kompor listrik, dikonversikan menjadi energi panas oleh elemen pemanas kompor tersebut.
Daya listrik pada arus listrik DC, dirumuskan sebagai perkalian arus listrik dengan tegangan.
P = I x V
Namun pada listrik AC perhitungan daya menjadi sedikit berbeda karena melibatkan faktor daya (cos ∅).
P = I x V x cos ∅
Untuk lebih jelasnya mari kita perhatikan grafik sinusoidal berikut.
Grafik di atas adalah grafik gelombang listrik AC dengan beban murni
resistif. Nampak bahwa gelombang arus dan tegangan berada pada fase yang
sama (0°) dan tidak ada yang saling mendahului seperti pada beban
induktif dan kapasitif. Dengan kata lain nilai dari faktor daya (cos ∅)
adalah 1. Sehingga dengan menggunakan rumus daya di atas maka nilai
dari daya listrik pada satu titik posisi jaringan tertentu memiliki
nilai yang selalu positif serta membentuk gelombang seperti pada gambar
tersebut.
Nilai daya yang selalu positif ini menunjukkan bahwa 100% daya mengalir ke arah beban listrik dan tidak ada aliran balik ke arah pembangkit. Inilah daya nyata, daya yang murni diserap oleh beban resistif, daya yang menandai adanya energi listrik terkonversi menjadi energi lain pada beban resistif. Daya nyata secara efektif menghasilkan kerja yang nyata di sisi beban listrik.
Nilai daya yang selalu positif ini menunjukkan bahwa 100% daya mengalir ke arah beban listrik dan tidak ada aliran balik ke arah pembangkit. Inilah daya nyata, daya yang murni diserap oleh beban resistif, daya yang menandai adanya energi listrik terkonversi menjadi energi lain pada beban resistif. Daya nyata secara efektif menghasilkan kerja yang nyata di sisi beban listrik.
Daya Reaktif
Daya reaktif menjadi tema bahasan yang dianggap cukup sulit bagi
sebagian orang. Berbagai bentuk ilustrasi dan pengandaian digunakan
untuk memudahkan kita memahami daya reaktif. Kali ini kita akan membahas
daya reaktif menggunakan dua pendekatan, yakni pendekatan sederhana dan
pendekatan ilmiah. Kita akan cukup dalam membahas daya reaktif secara
ilmiah agar kita memahaminya dengan lebih total dan 'menancap' di kepala
kita.
Secara sederhana, daya reaktif adalah daya yang dibutuhkan untuk
membangkitkan medan magnet di kumparan-kumparan beban induktif. Seperti
pada motor listrik induksi misalnya, medan magnet yang dibangkitkan oleh
daya reaktif di kumparan stator berfungsi untuk menginduksi rotor
sehingga tercipta medan magnet induksi pada komponen rotor. Pada trafo,
daya reaktif berfungsi untuk membangkitkan medan magnet pada kumparan
primer, sehingga medan magnet primer tersebut menginduksi kumparan
sekunder.
Ilustrasi Daya Reaktif
Daya reaktif diserap oleh beban-beban induktif, namun justru
dihasilkan oleh beban kapasitif. Peralatan-peralatan kapasitif seperti
lampu neon, bank kapasitor, bersifat menghasilkan daya reaktif ini. Daya
reaktif juga ditanggung oleh pembangkit listrik. Nampak pada ilustrasi
di atas bahwa pada gambar pertama daya reaktif yang dibutuhkan oleh
motor listrik disupply oleh sistem pembangkit (utility).
Sedangkan pada gambar kedua, kebutuhan daya reaktif dicukupi oleh
kapasitor, sehingga daya total yang ditanggung oleh jaringan listrik
berkurang.
Satuan daya reaktif adalah volt-ampere reactive dan disingkat dengan var.
Mengapa satuan daya reaktif adalah var dan bukannya watt, disinilah
bahasan mendalam mengenai daya reaktif kita butuhkan. Daya reaktif,
sebenarnya bukanlah sebuah daya yang sesungguhnya. Sesuai dengan
definisi dari daya listrik yang telah kita singgung di atas, bahwa daya
listrik merupakan bilangan yang menunjukkan adanya perpindahan energi listrik
dari sumber energi listrik (pembangkit) ke komponen beban listrik. Daya
reaktif tidak menunjukkan adanya perpindahan energi listrik, daya
nyata-lah yang menjadi bilangan penunjuk adanya perpindahan energi
listrik. Lalu, apa sebenarnya yang dimaksud dengan daya reaktif?
Daya reaktif adalah daya imajiner yang menunjukkan
adanya pergeseran grafik sinusoidal arus dan tegangan listrik AC akibat
adanya beban reaktif. Daya reaktif memiliki fungsi yang sama dengan
faktor daya atau juga bilangan cos Ø. Daya reaktif ataupun
faktor daya akan memiliki nilai (≠0) jika terjadi pergeseran grafik
sinusoidal tegangan ataupun arus listrik AC, yakni pada saat beban
listrik AC bersifat induktif ataupun kapasitif. Sedangkan jika beban
listrik AC bersifat murni resistif, maka nilai dari daya reaktif akan
nol (=0).
Sekalipun daya reaktif hanya merupakan daya 'khayalan', pengendalian
daya reaktif pada sistem jaringan distribusi listrik AC sangat penting
untuk diperhatikan. Hal ini tidak lepas dari pengaruh beban reaktif
terhadap kondisi jaringan listrik AC. Beban kapasitif yang bersifat
menyimpan tegangan sementara, cenderung mengakibatkan nilai tegangan
jaringan menjadi lebih tinggi daripada yang seharusnya. Sedangkan beban
induktif yang bersifat menyerap arus listrik, cenderung membuat tegangan
listrik jaringan turun. Berubah-ubahnya tegangan listrik jaringan
tersebut sangat mengganggu proses distribusi energi listrik dari
pembangkit ke konsumen. Perubahan tegangan jaringan berkaitan langsung
dengan kerugian-kerugian distribusi listrik seperti kerugian panas dan
emisi elektromagnetik yang terbentuk sepanjang jaringan distribusi.
Semakin jauh nilai tegangan jaringan dari angka yang seharusnya, akan
semakin besar kerugian distribusi listriknya dan akan semakin mengganggu
proses distribusi daya nyata listrik. Di sinilah peran kontrol daya
reaktif jaringan listrik sangat perlu diperhatikan.
Capacitor Bank Jaringan Listrik
Beban induktif, yang dominan terjadi di siang hari, dapat
dikompensasi dengan dua cara. Cara pertama adalah digunakannya bank
kapasitor sehingga penurunan tegangan listrik jaringan akibat beban
induktif dapat dikompensasi oleh kapasitor. Cara kedua adalah dengan
menaikkan tegangan listrik keluaran generator pembangkit dengan jalan
menaikkan arus eksitasi generator, sehingga tegangan keluaran generator
naik.
Contoh Rangkaian Pengkompensasi Beban AC Jaringan
Kompensasi juga dilakukan jika beban jaringan bersifat kapasitif
sehingga menyebabkan tegangan jaringan melebihi nilai normalnya.
Generator akan menurunkan tegangan keluarannya dengan jalan mengurangi
arus eksitasi. Penggunaan inductor bank juga digunakan untuk meredam kenaikan tegangan jaringan agar tidak melampaui batas.
Daya Semu
Daya semu atau daya total (S), ataupun juga dikenal dalam Bahasa Inggris Apparent Power, adalah hasil perkalian antara tegangan efektif (root-mean-square) dengan arus efektif (root-mean-square).
S = VRMS x IRMS
S = VRMS x IRMS
Tegangan RMS (VRMS) adalah nilai tegangan listrik
AC yang akan menghasilkan daya yang sama dengan daya listrik DC
ekuivalen pada suatu beban resistif yang sama. Pengertian tersebut juga
berlaku pada arus RMS. 220 volt tegangan listrik rumah kita adalah
tegangan RMS (tegangan efektif). Secara sederhana, 220 volt tersebut
adalah 0,707 bagian dari tegangan maksimum sinusoidal AC. Berikut adalah
rumus sederhana perhitungan tegangan RMS:
Demikian pula dengan rumus perhitungan arus RMS:
Dimana Vmax dan Imax adalah nilai tegangan maupun arus listrik pada titik tertinggi di grafik gelombang sinusoidal listrik AC.
Demikian pula dengan rumus perhitungan arus RMS:
Dimana Vmax dan Imax adalah nilai tegangan maupun arus listrik pada titik tertinggi di grafik gelombang sinusoidal listrik AC.
Nilai Tegangan RMS pada Grafik Sinusoidal Tegangan Listrik AC
Pada kondisi beban resistif dimana tidak terjadi pergeseran grafik
sinusoidal arus maupun tegangan, keseluruhan daya total akan tersalurkan
ke beban listrik sebagai daya nyata. Dapat dikatakan jika beban listrik
bersifat resistif, maka nilai daya semu (S) adalah sama dengan daya
nyata (P). Lain halnya jika beban jaringan bersifat induktif ataupun
kapasitif (beban reaktif), nilai dari daya nyata akan menjadi sebesar cos Ø dari daya total.
P = S cos Ø
P = VRMS IRMS cos Ø
P = S cos Ø
P = VRMS IRMS cos Ø
Ø adalah besar sudut pergeseran nilai arus maupun tegangan pada grafik sinusoidal listrik AC. Ø
bernilai positif jika grafik arus tertinggal tegangan (beban induktif),
dan akan bernilai negatif jika arus mendahului tegangan (beban
kapasitif).
Pada kondisi beban reaktif, sebagian daya nyata juga terkonversi
sebagai daya reaktif untuk mengkompensasi adanya beban reaktif tersebut.
Nilai dari dari daya reaktif (Q) adalah sebesar sin Ø dari daya total.
Q = S sin Ø
Q = VRMS IRMS sin Ø
Q = S sin Ø
Q = VRMS IRMS sin Ø
Hubungan antara daya nyata, daya reaktif dan daya semu dapat
diilustrasikan ke dalam sebuah segitiga siku-siku dengan sisi miring
sebagai daya semu, salah satu sisi siku sebagai daya nyata, dan sisi
siku lainnya sebagai daya reaktif.
Segitiga Daya
Sesuai dengan hubungan segitiga di atas maka hubungan antara daya
nyata, daya reaktif dan daya semu dapat diekspresikan ke dalam sebuah
persamaan pitagoras.
0 comments:
Post a Comment